Kamis, 30 Juni 2011

Pengkajian Cerpen "Surat dari Puri" Karya IBW Widiasa Keniten Menggunakan Teori Strukturalisme

Abstrak
Cerpen “Surat dari Puri” karya IBW Widiasa Keniten adalah sebuah sastra (cerpen) yang menarik dan baik. Hal ini terlihat dari penganalisisan cerpen berdasarkan teori strukturalisme. Teori struktural memandang teks sastra (cerpen) sebagai satu struktur dan antarunsurnya merupakan satu kesatuan yang utuh, terdiri dari unsur-unsur yang saling terkait, yang membangun satu kesatuan yang lengkap dan bermakna.. Kegiatan analisis ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) sinopsis cerpen,(2) Unsur-unsur pembangun cerpen dengan teori strukturalisme.Subjek penganalisisan ini adalah cerpen “Surat dari Puri”karya IBW Widiasa Keniten”. Objek yang diteliti adalah unsur-unsur pembangun dalam cerpen “Surat dari Puri” dan Teknik analisa data menggunakan teori strukturalisme
.Sumber informasi didapat melalui membaca cerpen “Surat dari Puri” secara utuh dan berulang-ulang. Selain itu penulis menambahkan informasi dari buku dan internet.
Kata kunci : analisis, sinopsis, teori strukturalisme, unsur intrinsic, dan unsur ekstrinsik





1. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Cerpen dengan segala permasalahannya yang universal itu ternyata menarik juga untuk dikaji. Bahkan tidak pernah berhenti orang yang akan mengkajinya. Apalagi jika cerpen itu dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Seperti halnya kami mencoba mengkaji cerpen yang dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Cerpen yang penulis kaji itu adalah sebuah cerpen yang berjudul Surat dari Purikarya IBW Widiasa Keniten.
Dipilihnya cerpen Surat dari Puri karya IBW Widiasa Keniten tersebut bukan tanpa pertimbangan atau alasan sebab cerpen ini memiliki keistimewaan dibandingkan dengan cerpen yang ditulis pengarang-pengarang yang lain.
Mengingat perannya yang sedemikian itu, maka terselenggaranya pembelajaran sastra yang menarik dan menyenangkan akan menjadi sebuah tuntutan yang harus dipenuhi. Hal ini dimungkinkan karena pelajaran seperti ini akan dapat mendidik siswa untuk dapat mengenal dan menghargai nilai-nilai yang dijunjung oleh bangsanya, juga untuk dapat menghargai hidup, menikmati pengalaman orang lain, serta dapat menemukan makna hidup dan kehidupan. Bukankah karya sastra (cerpen) itu merupakan miniatur kehidupan manusia di sekitar pembaca.
Jadi, dengan mempelajari cerpen (sastra) berarti siswa diajak untuk mempelajari manusia dan lingkungannya. Biasanya siswa akan sangat antusias jika diajak untuk membicarakan atau mendiskusikannya juga akan mengeluarkan segala pengalaman dan pengetahuannya.
Sayangnya kendala pembelajaran sering terjadi pada guru. Guru hanya berpedoman pada teori-teori lama dan kurang mampu menghubungkan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Sehingga siswa tidak akan mampu memahami hakikat sastra yang sesungguhnya.
Berangkat dari permasalahan yang sudah diuraikan di atas, penulis mencoba mengkaji unsur-unsur pembangun dalam cerpen ” cerpen Surat dari Puri karya IBW Widiasa Keniten” berdasarkan teori Strukturalisme, namun terlebih dahulu penulis mengkaji sinopsis dari cerpen tersebut.

II. Pembahasan
2.1 Sinopsis
Cerpen berjudul surat dari puri karya IBW Widiasa Keninten menceritakan tentang kehidupan gadis bernama Suci. Suci merupakan korban pelampiasan nafsu seorang lelaki bernama Gusti Ngurah. Suci dijadikan sebagai jaminan atas hutang-hutang ayahnya. merasa sebagai orang kaya, nGusti Ngurah bertindak semena-mena terhadap semua wanita termasuk Suci. Suci dipaksa melayani melayani nafsu birahinya hingga ia mengandung.
Beberapa bulan kemudian, lahirlah seorang bayi laki-laki yang diberi nama Gede Puri. Pemberian nama puri sebagai pengingat bahwa leluhurnya seorang bangsawan. Sebagai seorang ibu, Suci sangat menyayangi anaknya dan mendidik gede puri sehingga menjadi anak yang suputra. Namun Suci tetap merahasiakan siapa ayah kandungnya. Suatu ketika gede puri sakit non medis. Balian memberikan mandate kepada Suci. Ia diharuskan menjadi pemangku di kawitannya. Namun keluarga besarnya menolak itu semata-mata karena mereka mengangap Suci sebagai perempuan kotor. Setelah melalui perdebatan panjang akhirnya Suci diijinkan untuk menjadi pemagku dan kesehatan gede puri berangsur membaik.
Suatu hari Gusti Ngurah sakit keras dan meminta Suci mengantarkan anaknya kepuri. Namun Suci tidak menanggapinya. Ia masih memendam sakit hati kepada Gusti Ngurah. berkali-kali Gusti Ngurah mengirimkan surat namun tetap tidak digubrisnya. Keluarga puri menggunakan cara terahir yaitu menculik gede, dan memaksa mengajak kepuri dan gede pin sudah mengetahui siapa jati dirinya. Gusti Ngurah menitipkan surat wasiat untuk ibunya, namun Suci tetap tidak menerima dan ia telah bersumpah untuk tidak menginjakkan kaki dipuri.
2.2 Penganalisisan cerpen Surat dari Puri karya IBW Widiasa Keninten berdasarkan teori Strukturalisme.
1. Unsur–unsur Struktural yang Terdapat dalam Cerpen Surat Dari Puri Karya
Ada beberapa unsur structural dalam cerpen surat dari puri karya IBW Widiasa Keninten yang digunakan oleh pengaji dalam mengkaji cerpen ini. Unsur-unsur tersebut adalah alur, penokohan, latar, tema, dan amanat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian dibawah ini :


a. Tema
Tema adalah ide pokok pengarang dalam membuat suatu karya sastra yang ingin disampaikan kepada pembaca. IBW Widiasa Keninten dalam cerpennya kali ini mononjolkan sosok perempuan bali yang rela mengorbankan kebahagiaannya demi membayar hutang ayahnya. 1a rela dijadikan jaminan bayar hutang dan budak pemuas nafsu seorang lelaki bejat bernama Gusti Ngurah. masyarakat bali masih sangat menjungjung tinggi norma-norma adat dan budaya warisan leluhur. Dalam cerpen ini pengarang menuliskan tradisi masyarakat dan adat istiadat yang masih terdapat di bali. Diantaranya ialah kasta, yaitu penggolongan status social berdasarkan keturunan. Di bali terdapat empat kasta yaitu kasta Brahmana, ksatria, waisya dan sudra. Brahmana adalah kasta dengan tingkatan tertinggi yang ditempati oleh kaum bangsawan. Maka orang yang memiliki gelar bangsawan akan dihormati oleh masyarakat di sekitarnya. Walaupun tidak semua orang yang berkasta brahmana memiliki hati yang Suci. Bahkan banyak orang yang berkasta brahmana malah memanfaatkan gelarnya untuk hal yang merugikan orang lain. Penggambaran ini dapat kita lihat pada kutipan di bawah ini:
“ Gusti Ngurah pernah terlibat perkelahian di desanya bapa Dangin. Pemuda-pemuda disana melarangnya bermalam sampai melewati batas waktu. Gusti Ngurah tidak terima. Merasa bagsawan, ia menjadi-jadi. Pemuda-pemuda desa itu ditantangnya.”
Dalam cerpen ini dikisahkan perjuangan seorang perempuan bali yang mempertahankan harga dirinya, ia menghadapi cobaan hidup yang begitu berat. Suci adalah potret perempuan bali yang tidak mudah tergiur oleh harta. Suci adalah potret pemberontakan perempuan bali terhadap praktek-praktek kekejama kaum laki-laki. Menjalani kehidupan diambang penerimaan dan ketidakpatuhan, diantara penyerahan dan kebebasan. Tetapi dalam hidup tidak pernah ada kebebasan yang sempurna demikian juga bagi Suci.

b. Penokohan dan perwatakan
Tokoh dan watak dalam Cerpen ini di jelaskan dalam uraian di bawah:
1. Suci
Suci adalah tokoh utama dalam cerpen ini. Dari segi psiologis, Sucidigambarkan sebagai seorang perempuan yang cantik sehingga membuat Gusti Ngurah jatuh cinta kepadanya. Seperti yang terdapat dalam kutipan :
“ ini kesempatan, aku tahu anakmu cantik, Dangin ia mesti menjadi milikku.”
Dilihat dari segi sosiologis, Suci adalah perempuan dari kalangan sederhana yang tidak memiliki banyak harta, terlahir dari kalangan keluarga kurang mampu, dan ayahnya seorag penjudi. Karena tidak mampu membayar hutang akhirnya ia digunakan sebagai bayarannya. Ia pun pasrah karena Suci tidak ingin menyakiti ayahnya akhirnya ia mau menyerahkan dirinya kepada Gusti Ngurah. Suci tidak mau dinikahi Gusti Ngurah, ia telah bertekad membesarkan anaknya sendiri tanpa mengenal siapa bapaknya. Seperti yang terdapat dalam kitipan :
“ aku Suci. Perempuan yang dibeli oleh Gusti Ngurah. aku perempuan hina, perempuan tidak berharga. Aku tidak akan menggugurkannya. Biarpun aku dipandang rendah, tidak masalah. Rahim ini mengandung anak Gusti Ngurah itu.”
Dalam cerpen ini tokoh Suci dikisahkan sebagai tokoh yang teguh pendirian, walaupun ia berada dikalangan kurang mampu tetapi ia tetap mempertahakan harga dirinya. Seperti pada kutipan berikut ini :
“ tidak anakku, ibu sudah bertekad tidak akan menyentuh tanah puri. Biarkan ibu disini.“ ini surat dari ayah”
Suci membacanya “ aku serahkan semua warisanku padamu Suci “,
Suci meremas surat itu dan membakarnya.
Dari kutipan diatas kita dapat mengetahui tokoh Suci adalah wanita yang tidak mudah tergiur dengan iming-iming harta, ia tetap mempertahankan harga dirinya.
.2. Gusti Ngurah
Gusti Ngurah adalah orang yang menyebabkan Suci menderita. Ia tega memperkosa Suci hingga ia hamil. Ditinjau dari segi psiologis, Gusti Ngurahmemiliki sifat yang licik, pandai memanfaatkan keadaan, kepala plontos dan nafsu birahi yang tinggi.
“ Gusti Ngurah telah menipu ayahku, ia memang bajingan, ayahku terlilit hutang, ayahku juga terlalu mengikuti nafsunya, hampir setiap hari diajak menyambung ayam, saat uang ayahku habis Gusti Ngurah pasti memberinya uang lagi.”
“Satu keinginan Gusti Ngurah, aku mesti melayani dirinya. Semua utang ayah-ayahku akan terlunasi. Aku pasrah. Aku menyerah.”
“ Gusti Ngurah kepalanya plontos, tapi gairahnya meledak-ledak setiap melihat anak yag baru menginjak remaja, nafsunya susah dibendung.”(surat dari puri, 2010:82)
Ditinjau dari segi psikologis, Gusti Ngurah adalah seorang laki-laki yang tidak bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya, ia hanya bersenang-senang menuruti hawa nafsunya dan melampiaskan nafsu birahinya kepada banyak wanita Ini terlihat dalam kutipan berikut.
“ sudahlah gusti. Saya sudah teramat jemu dengan olok-olok Gusti. Tiang yakin, semua gadis yang bekerja pada gusti aji sudah diperlakukan tidak senonoh.”
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Gusti Ngurah adalah laki-laki bangsawan yang tidak bertanggung jawab terhadap perbuatannya, setiap wanita yang disenanginya selalu diperlakukan tidak senonoh dan kemudian dicampakkan.
3. Ayah (Bapa Dangin)
Bapa dangin adalah ayah dari Suci jika dilihat dari segi psiologis, bapa dangin adalah sosok ayah yang tidak tegas, mudah terkena bujuk rayu, sangat polos.
Hal ini tercermin dari kutipan berikut “ Gusti Ngurah telah menipu ayahku. Ia memang bajingan. Ayahku terlilit hutang, ayahku terlalu mengikuti nafsunya. Hampir setiap hari diajaknya menyabung ayam.”
Kutipan kedua “ saat ayahku menyampaikan maksud Gusti Ngurah tampak ketakutan dan rasa bersalah dalam dirinya.”
“ Maafkan ayah, anakku ayah yang telah menjadikan engkau menderita dan menjadikan engkau menderita, ayah yang membuatmu menjadi hina.”
Jadi jelaslah bahwa sosok bapa dangin tega menjadikan anaknya sebagai pelunas hutang-hutangnya.

3) Latar.
Latar adalah penggambaran situasi tempat dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa. Latar yang dikemukakan berhubungan dengan sang tokoh atau beberapa tokoh. Latar berfungsi sebagai pendukung alur dan perwatakan. Gambaran situasi yang tepat akan membantu dan memperjelas peristiwa yang sedang dikemukakan (Suroto, 94:1989). Analisis latar dalam CerpenSurat Dari Puritersebut
penulis uraikan seperti di bawah ini:
1. Latar tempat
Latar tempat biasanya ditunjukkan dengan nama lokasi tempat kejadian dalam cerita tersebut, dalam cerpen ini sangat jelas terlihat bahwa cerita didalamnya terjadi di pulau Bali. Dalam cerpen diatas banyak menceritakan kehidupan dan adat istiadat masyarakat bali misalnya menceritakan kehidupan Gusti Ngurah di puri, menceritakan Suci saat melakukan Guru Piduka di sanggah kawitannya.
“ Gede mari kita sembahyang di Pura Dadia. Di sana kita memuja kebesaran Hyang Widhi” .
Selain itu dalam cerpen diatas sangat kental dengan kehidupan umat Hindu di Bali.Yang pertama ialah kawitan. Kawitan merupakan tempat pemujaan leluhur yang telah diSucikan dalam sebuah proses pengabenan.Dalam Cerpen ini juga terdapat beberapa nama tempat yang melambangkanpulau Bali. Yang kedua ialah Pura Dadia, yaitu pura keluarga yang biasadigunakan untuk tempat ibadah.” Gede mari kita sembahyang di Pura Dadia. Di sana kita memuja kebesaran Hyang Widhi” .Kemudian yang kedua adalah Puri, yaitu tempat tinggal atau rumah bagimereka yang berkasta brahmana.
“maafkan aku Suci, aku mohon engkau ke Puri sekarang. Aku sudah tidak kuat lagi. Penyakitku sudah tidak sembuh-sembuh. Ini gara-gara aku menelantarkan anakku. Bawalah anakmu ke puri sebelum aku menghembuskan nafas terakhir.”
2. Latar Waktu
Latar waktu adalah hal-hal yang berhubungan dengan kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Latar waktu dalam cerpen ini adalah siang dan malam hari. Salah satu latar waktu dalam Cerpen ini pada pagi hari terlihat dalam kutipan berikut: Latar waktu dalam Cerpen ini juga terjadi pada malam hari. Dikisahkan ketika Gusti Ngurah pernah terlibat perkelahian di desanya bapa dangin. Pemuda-pemuda disana melarangnya bermalam minggu sampai melewati batas waktu. Gusti Ngurah tidak terima. Merasa bangsawan, ia menjadi-jadi….”
3. Latar Sosial
Latar suasana yang diangkat oleh pengarang dalam cerpen ini adalah suasana kebudayaan Bali, bagaimana adat yang terdapat di Bali, system perkastaan yang diberlakukan di Bali dan sebagainya. Keadaan masyarakat Bali digambarkan oleh beberapa cerita dalam cerpen ini, salah satunya ialah kebiasaan laki-laki di Bali yang kerjanya hanya menyabung ayam, masyarakat yang berkasta sudra sangat patuh dan hormat kepada kaum brahmana, selain itu dalam cerpen ini diceritakan bagaimana masyarakat Hindu di Bali sangat patuh pada leluhur junjungannya dan bagaimana kebiasaan masyarakat yang mengucilkan sanak saudara dengan alasan masa lalu yang kelam. “ ia perempuan yang kotor. Apa mau Hyang Widhi hadir pada perempuan kotor? Jangan-jangan kita juga akan menjadi kotor!” . selain dalam system perkawinan, kebudayaan lain yang ada di Bali adalah berupa upacara-upacara keagamaan. Salah satu contoh upacara yang keagamaan yang terdapat didalam cerpen Surat Dari Puriadalah upacara Panggur Gigi yaitu sejenis upacara pelepasan masa kanak-kanak menginjak masa dewasa atau yang lebih dikenal dengan Upacara Menek Kelih. Upacara keagamaan lainnya seperti Ngturang Banten Guru Piduka. Upacara ini dimaksudkan untuk membersihkan diri baik secara lahir maupun bhatin sehingga orang yang diupacarai bisa dijadikan sebagai pemangku atau peminpin upacara di pura yang bersangkutan.
d. Alur
Alur yang dipakai dalam penulisan cerpen Surat dari Puri adalah bolak balik/ flas back/ maju mundur. flash back/ balikan, yaitu suatu alur yang menceritakan suatu peristiwa dengan cara menceritakan suatu kejadian yang telah terlewati untuk menjelaskan peristiwa yang berhubungan dengan alur berikutnya. Hal ini dilakukan oleh IBW Widiasa Keniten karena ia ingin menyampaikan pemikiran bahwa tidak hanya alur linier saja yang digunakan untuk mengungkapkan perubahan emosi tokoh-tokohnya. Alur dalam cerpen tersebut terlihat dari uraian di bawah ini :
a. Tahap Pertama
pada tahap ini si pembaca akan diajak menyaksikan kehidupan Suci yang dalam keadaan hamil besar. Kemudian tentang ingatan Suci pada masa lalunya saat dipaksa untuk melayani lelaki bernama Gusti Ngurah. Cerita ini dimulai dengan memperkenalkan tokoh Suci yang telah mengandung anak dari Gusti Ngurah. Berawal ketika ayah Suci terbelit hutang, hingga tidak dapat melunasinya, hingga ia diminta oleh Gusti Ngurah untuk dijadikan istri simpanannya. Karena menolak iapun diperkosa . “ maksud gusti istri simpanan?”
“ Gusti Ngurah marah. Ia menghempaskan tubuh Suci. Suci pasrah ia tidak bisa menjaga dirinya.”
“Gusti Ngurah puas sekarang?”
b. Tahap Kedua
Pada tahap ini akan terlihat flash back masa lalu Suci sebelum ia menjadi korban pemerkosaan Gusti Ngurah. Gusti Ngurah tertarik pada Suci ketika Suci beranjak dewasa. Saat bapa dangin melaksanakan upacara Panggur Gigi namun biayanya tidak mencukupi. Hal ini dijadikan kesempatan oleh Gusti Ngurah untuk mendapatkan Suci.Selanjutnya cerita akan bergulir pada kehidupan keluarga Suci yang terbelit hutang. Hingga ia merelakan dirinya sebagai alat pembayaran hutang ayahnya.
c. Tahap Ketiga
pada tahapan ini terjadi alur maju, tahap ini Suci diceritakan telah melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Gede Puri dan diceritakan juga gede puri tumbuh menjadi anak yang tahu diri. Dalam alur ini gede Puri mengetahui siapa jati dirinya yang sebenarnya. Ia tahu bahwa sesungguhnya ia adalah anak seorang Bangsawan.
e. Amanat
Amanat yang terdapat dalam CerpenSurat Dari Purikarya IBW Widiasa Keniten yaitu hargailah orang lain dan jangan sekali-kali menggunakan uang untuk meraih kekuasaan.
2.3 Nilai Ekstrinsik
Nilai ekstrinsik dalam cerpen Surat dari Puri karya IBW Widiasa Keninten adalah
1. Nilai moral. Nilai moral yang tersurat dalam Cerpen tersebut adalah janganlah sekali-kali menggunakan kekuasaan untuk mendapatkan segala yang kita mau, janganlah mengumbar hawa nafsu apalagi dapat menyusahkan orang lain, dan
2. Nilai sosial. Nilai sosial yang terdapat dalam cerpen dalam cerpen tersebut adalah kita sebagai manusia hendaknya tulus iklas dalam membantu orang lain sehingga saat membantu orang lain tidak mengharapkan suatu imbalan.
3. Nilai agama. Sebagai umat yang beragama kita hendaknya menjalankan segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Selain itu berusahalah mengabdikan diri dijalan kebenaran.
4. Nilai ekonomi. Nilai ekonomi yang tersurat dalam cerpen tersebut adalah jika kita memiliki kekuasaan dan uang yang cukup, hendaknya dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Dan jangan sekali-kali menggunakan uang sebagai alat meraih








III. Penutup
3.1 SIMPULAN
Berdasarka kajian cerpen Surat dari Puri karya IBW Widiasa Keninten, dapat disimpulkan Ada beberapa unsur structural dalam cerpen surat dari puri karya IBW Widiasa Keninten yang digunakan oleh pengaji dalam mengkaji cerpen ini. Unsur-unsur tersebut adalah
1. Alur
Alur yang digunakan adalah alur maju mundu/flashback/campuran
2. Penokohan
Tokoh-tokoh dalam cerpen tersebut adalah Suci, Gusti Ngurah, Bapa Dangin dan Gene Puri.
3. Latar waktu : pada siang dan malam hari, Latar tempat : di pedesaan dan di puri, Latar sosial : meceritakan kehidupan di masyarakat
4. Tema
Tema cerpen tersebut mengisahkan pengorbanan seorang wanita untuk mempertahankan harga dirinya.
5. Amanat
Amanat yang terdapat dalam CerpenSurat Dari Purikarya IBW Widiasa Keniten yaitu hargailah orang lain dan jangan sekali-kali menggunakan uang untuk meraih kekuasaan. Sedangkan unsur ektrinsik Nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen yaitu nilai moral, nilai sosial, nilai agama dan nilai ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. 1979. Sari Kesusasteraan Indonesia Jilid 2. Bandung: Pustaka Prima.
Keniten, Widiasa. 2010. Kuda Putih Kumpulan Cerpen. Pustaka Ekspresi.
Suroto.1989. Teori dan Pembimbingan Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU. Jakarta : Erlangga.
Sutresna. 2006. Modul Prosa Fiksi. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha..
www.google.com
www.yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar