Kamis, 30 Juni 2011

Analisis SAJAK DATANG DARA HILANG DARA  Berdasarkan Teori Strata Norma Roman Ingarden


SAJAK DATANG DARA HILANG DARA
Datang Dara, Hilang Dara
“Dara, dara yang sendiri
Berani mengembara
Mencari di pantai senja,
Dara, ayo pulang saja, dara!”
“Tidak, aku tidak mau!
Biar angin malam menderu
Menyapu pasir, menyapu gelombang
Dan sejenak pula halus menyisir rambutku
Aku mengembara sampai menemu.”
“Dara, rambutku lepas terurai
Apa yang kaucari.
Di laut dingin di asing pantai
Dara, Pulang! Pulang!”
“Tidak, aku tidak mau!
Biar aku berlagu, laut dingin juga berlagu
Padaku sampai ke kalbu
Turut serta bintang-bintang, turut serta bayu,
Bernyanyi dara dengan kebebasan lugu.”
“Dara, dara, anak berani
Awan hitam mendung mau datang menutup
Nanti semua gelap, kau hilang jalan
Ayo pulang, pulang, pulang.”
“Heeyaa! Lihat aku menari di muka laut
Aku jadi elang sekarang, membelah-belah gelombang
Ketika senja pasang, ketika pantai hilang
Aku melenggang, ke kiri ke kanan
Ke kiri, ke kanan, aku melenggang.”
“Dengarkanlah, laut mau mengamuk
Ayo pulang! Pulang dara,
Lihat, gelombang membuas berkejaran
Ayo pulang! Ayo pulang.”
“Gelombang tak mau menelan aku
Aku sendiri getaran yang jadikan gelombang,
Kedahsyatan air pasang, ketenangan air tenang
Atap kepalaku hilang di bawah busah & lumut.”
“Dara, di mana kau, dara
Mana, mana lagumu?
Mana, mana kekaburan ramping tubuhmu?
Mana, mana daraku berani?
Malam kelam mencat hitam bintang-bintang
Tidak ada sinar, laut tidak ada cahaya
Di pantai, di senja tidak ada dara
Tidak ada dara, tidak ada, tidak
Karya : Chairil Anwar
1)      Lapis Suara ( Sound of Stratum)
Puisi diatas berupa satuan-satuan suara, yang meliputi suara suku kata, suara kata, dan suara kalimat. Akhirnya, semua satuan suara itu membentuk (dalam gabungannya) suara puisi secara keseluruhan.
Lapis bunyi dalam sajak adalah semua satuan bunyi didasarkan atas konvensi bahasa tertentu. Lapis bunyi dalam puisi mempunyai tujuan untuk menciptakan efek puitis dan nilai seni. Bunyi dalam sajak bersifat estetik yang berfungsi untuk mendapatkan keindahan dan tenaga ekspresif. Dengan kata lain bunyi juga memiliki fungsi sebagai alat penyair untuk memperdalam ucapan, menimbulkan rasa, menimbulkan bayangan yang jelas dan sebagainya.
Dalam sejarah puisi, bunyi pernah menjadi unsur kepuitisan yang paling utama pada sastra romantic abad ke-18 dan 19. Bahkan Paul Verlaine, seorang simbolis mengatakan bahwa musiklah yang paling utama dalam puisi. Slametmuljana menambahkan bahwa tiap kata dalam puisi menimbulkan asosiasi dan menciptakan tanggapan diluar arti yang sebenarnya.
Dalam bait pertama sajak datang dara hilang dara, terdapat kombinasi vocal (asonansi) bunyi a dan I pada kata sendiri, berani, mencari, dara, mengembara dan senja. Pada bait pertama terdapat aliterasi r yang masing-masing ada pada kata dara, sendiri, berani, mengembara dan mencari.
Dalam bait kedua, terdapat asonansi a dan u pada kata mau, menyapu dan rrambut. Kombinasi bunyi konsonan bersuara (voiced): (b,d,g,j) pada kata biar, menderu, sejenak,  gelombang bunyi sengau (nasal) : (m,n,ng,ny) pada kata mala, menderu, mengembara, menyisir dan menyapu mendukung suasana gembira yang ditunjukkan dara pada bait ke dua.
      Di bait ketiga ada asonasnsi bunyi a da I pada kata terurai, cari, asing, dan pantai. Bunyi liquida 1 dan r juga ditemukan pada kata rambutku, lepas, terurai, dan bunyi sengau pada kata dingin, asing, pulang, rambut dan pantai.
Pada bait ke empat, dominasi bunyi a dan u menimbulkan asonansi bunyi terutama pada baris 1,2 dan 3 yang digunakan sebagai lambing rasa (klanksymboliek) yang menyatakan kegembiraan seorang gadis yang tengah bersenandung. Bunyi sengau juga ditemukan pada kata dingin, bintang, dengan, dan bernyanyi yang menimbulkan bunyi yang padu (eufoni).
Pada bait kelima, terdapat kombinasi yang tidak merdu ( kakofoni) yang menggambarkan suasana yang tidak menyenangkan seperti ditunjukkan pada baris kedua dan ketiga.
Pada bait keenam, ditemukan bunyi onomatope yang menirukan bunyi seekor burung elang pada kata “heeyaa!”. Dominasi bunyi sengau pada kata elang, sekarang, hilang, pasang, melenggang, gelombang, pantai dan senja menimbulkan kepaduan bunyi yang merdu (eufoni).
Di bait ketujuh, ditemukan bunyi penanda kakofoni (k,p,t,s) pada kata mengamuk dan membuas yang menjadikan bunyi menjadi tidak padu, tidak merdu, apalagi tidak ditemukan aliterasi maupun asonansi pada bait ketujuh. Bunyi-bunyian tersebut sesuai dengan penggambaran laut yang tengah diterpa badai.
Pada bait kedelapan, ada perpaduan bunyi konsonan (aliterasi) bunyi n pada kata menelan, getaran, jadikan, kedahsyatan, dan ketenangan. Bunyi sengau pada kata gelombang, sendiri, ketenangan, tenang, hilang dan pasang menambah merdu bunyi yang dihasilkan.
Pada bait kesembilan, adanya repetisi pada kata mana menghasilkan bunyi yang padu dalam keseluruhan bait.
Pada bait terakhir, terdapat aliterasi bunyi m pada baris pertama yaitu pada kata malam, kelam, mencat, dan hitam. Bunyi sengau juga ditemukan pada kata malam, kelam, mencat, hitam, bintang, pantai dan senja.

2)      Lapis Arti ( Unit of Meaning)
Pada mulanya, tidak semua bunyi bahasa mempunyai arti. Karena itu secara bertahap satuan-satuan bunyi bahasa menyatu dengan bunyi bahasa yang lainnya dengan mencapai makna (arti). Satuan bunyi bahasa terkecil adalah fonem. Gabungan dari beberapa fonem melahirka suku kata. Kata bergabung dengan kata lainnya menjadi frase, kemudian frase dengan frase lainnya untuk membentuk kalimat, dan akhirnya membentuk paragraph, dan wacana atau teks. Tentunya satuan-satuan bahasa ini akan melahirkan kesatuan arti.
Lapis arti digunakan untuk memaknai puisi secara lengkap dengan membuat sebuah puisi dengan bahasa yang padat menjadi sebuah prosa yang lebih jelas menceritakan isi puisi. Kegiatan memprosakan puisi lazim disebut pharafrase.
Dalam bait pertama diceritakan seorang gadis yang berani berkeliaran di tepi pantai pada waktu senja. Gadis itu sedang mencari hakikat kebebasan dan jati dirinya sebagai seorang remaja. Kemudian si aku mengajak dara untuk pulang.
Dalam bait kedua, dara menolak ajakan aku untuk pulang. Ia justru menikmati hembusan angina malam yag menghamburka pasir, dan memerpa gelombang, juga meniup rambutnya. Dara tidak ingin pulang dan ingin terus mengembara sampai menemukan apa yang ia cari yakni hakikat sebuah kebebasan yag baru saja ia rasakan di pantai.
Dalam bait ketiga, aku merasakan rambutnya yang lepas terurai dihempas angin. Au bertanya pada dara apa gerangan yang ia cari di laut dingin di pantai yang asing. Sesekali lagi aku membujuk dara agar turut pulang bersamanya.
Dalam bait keempat dara tetap menolak ajakan pulang dari aku. Dara ingin bersenandung bersama laut malam yang dingin sampai senandungnya menghanyutkan hatinya. Dara bersenandung di malam yang penuh bintang-bintang dengan angina yang berhembus semilir yang membuatnya merasa bebas.
Dalam bait kelima aku tetap tidak menyerah membujuk dara agar mau pulang. Si aku membujuk dara dengan kata-kata manis ( dara anak berani) dan menakuti kalau hujan badai akan segera turun dan apabila dara tidak pulang sekarang, ia akan tersesat karena suasana semakin gelap (nanti semua gelap, kau hilang jalan).
Dalam bait keenam, dara bukannya menuruti kata-kata aku justru menari di tepi pantai menirukan seekor elang yang terbang bebas melintasi gelombang pasang ketika senja disaat pantai mulai tidak terlihat ( ketika senja pasang, ketika pantai hilang). Si dara meniruka gerakan elang terbang melenggang ke kiri dan kekanan sambil merentangkan kedua tangannya.
Di bait ketujuh, aku kembali memperingatkan dara bahwa laut dihempas badai (dengarkan laut mau mengamuk) dengan gelombang yang semakin besar (lihat, gelombang membuas berkejaran). Untuk yang terakhir kalinya si aku menhajak dara pulang.
Di bait kedelapan dara tetap keras kepala dan tidak mengindahkan ajakan si aku. Dara justru berkata bahwa ia sendiri adalah bagian dari getaran gelombang, yang menciptakan kedahsyatan air pasang, juga ketenangan air laut saat surut. Ia begitu asyik bermain hingga dara tidak menyadari bahwa tubuhnya sudah hilang ditelan gelombang hingga kepalanya berada di bawah buih busa dan lumut laut.
Di bait kesembilan, si aku mencari sosok tubuh dara yang ramping yang telah hilang ditelan gelombang.
 “Dara, di mana kau, dara
Mana, mana lagumu?
Mana, mana kekaburan ramping tubuhmu?
Mana, mana daraku berani?
      Di bait terakhir, si aku meratapi kematian dara di bawah malam yang kelam oleh mendung hingga bintang-bintang kehilangan cahayanya. Aku mencari dara di pantai, namun hanya kehampaan yang aku temu.

3)   Lapis Objek-Objek (latar, pelaku, dan Dunia Pengarang)
            Lapis ketiga ini adalah lapis kesatuan arti berupa objek-objek yang dikemukakan di dalam sajak, latar, pelaku dan dunia pengarang. Dalam sajak Datang Dara Hilang Dara, lapis itu berupa:
a)      Objek-objek yang dikemuakan antara lain : dara, pantai, senja, angina, malam, rambut, pasir, gelombang, laut, kalbu, bintang, bayu, lagu, tubuh dan sinar/cahaya.
b)      Pelaku atau tokoh : si aku dan dara
c)      Latar waktu : saat senja beranjak malam ketika langit sedang mendung dan berangin.
d)     Latar tempat : pantai senja yag mendung, berangin dan tidak ada cahaya.
e)      Dunia pengarang:
Dara seorang gadis yang mengembara mencari hakikat kebebasan di pantai senja. Si aku berusaha membujuk agar dara mau pulang, namun dara menolak. Ia menikmati kebebasan yang ia dapatkan melalui angina yang berhembus diantara pasir dan gelombang laut dan sesekali membelai rambutnya. Dara tidak akan pulang sebelum ia menemukan apa yang ia cari. Si aku bertanya apa gerangan yang sedang dara cari, aku mengajak dara pulang. Dara menolak. Ia ingin bernyanyi dipantai di bawah bintang-bintang dan diantara hembusan angina. Ia ingin bernyanyi sebebas-bebasnya. Si aku tidak menyerah membujuk dara untuk pulang. Si aku juga merayu dara dengan menyebut dara anak yang berani, dan mengatakan langit mendung, nanti bila gelap dara akan tersesat mencari jalan pulang. Namun dara tetap menolak, ia justru semakin menjadi-jadi dengan bermain-main menirukan elang yag sedang terbang diatas gelombang ketika laut pasang dikala senja. Si aku tetap tidak menyerah dan tetap membujuk dara pulang. Dan menakuti laut akan diterjang badai, gelombang pun semakin besar. Dara menolak dan mengandaikan dirinya sendiri adalah gelombang. Hingga diantara kedahsyatan air pasang, tubuhnya hanyut hingga kepalanya tenggelam di bawah lumut. Dara hilang ditelan gelombang. Si aku mencari dengan putus asa baying ramping tubuh dara. Dalam keadaan putus asa, si aku mencari dara, dibawah malam yang gelap tanpa bintang-bintang. Si aku mencari dara di pantai senja yang beranjak malam. Namun dara tidak ada. Dara mati ditelan gelombang.

4)   Lapis Dunia
            Lapis keempat adalah pembentuk makna dalam sajak, lapis ‘dunia ‘ yang tidak perlu dinyatakan, namun sudah “implisit” (tersirat). Hal ini harus diketahui melalui penafsiran teks puisi berikut ini. Dara adalah seorang gadis yang sendiri (dara yang sendiri) yang mencari kebebasan di pantai kala senja. Di bait ketiga, si aku mengajak dara pulang. Namun ajakan aku ditolak oleh dara. Si aku membujuk dengan mengatakan laut akan dihantam badai dan mengajak dara pulang agar nanti tidak tersesat. Di bait keempat, menceritakan penolakan dara yang justru bermain-main menirukan gerakan seekor elang yang tengah terbang. Di bait ketujuh, menyatakan kegelisahan si aku karena bujuknya mengajak dara pulang tidak berhasil sementara laut akan diterjang badai. Di bait kedelapan, menyatakan dara tetap menolak dan teguh pada pendiriannya hingga akhirnya ia hilang ditelan gelombang (atap kepalaku hilang dibawah busah dan lumut). Di bait kesembilan dan kesepuluh, menyatakan kegagalan si aku dalam membujuk dara pulang hingga akhirnya dara mati ditelan gelombang.

5)   Lapis Metafisis
            Lapis metafisis ini adalah lapis kelima yang menyebabkan pembaca berkontemplasi. Pada sajak ini, lapis itu berupa pencarian makna akan kebebasan yang ditunjukkan oleh tokoh dara. Dalam pencariannya akan kebebasan tersebut, seringkali manusia hanya menurutkan ogonya saja, tanpa mempedulikan apakah jalan yang ditempuh baik atau malah merugikan dirinya. Memang ada kalanya manusia menginginkan saat-saat dimana dirinya merasakan kebebasan akan kungkungan dan belenggu norma-norma yang seringkali terlalu ketat mengikat dan membatasi kebebasan. Namun dalam pencarian akan hakikat kebebasan itu, manusia hendaknya tidak melupakan batasan-batasan yang ada, sehingga tidak terjerumus oleh kebebasan yang diluar batas yang justru akan merugikan diri sendiri. Namun manusia seringkali tidak peduli terhadap nasihat-nasihat orang-orang disekitar yang peduli kepadanya dan tetap menuruti hawa nafsunya hingga akhirnya hancur oleh egonya.
     Analisis strata norma roman ingarden menurut Pradopo dalam Gunatama( 2010:230), hanyalah analisis puisi secara formal saja. Analisis model ini hanya berdasar pada fenomena-fenomena . Ingarden dengan pola analisis strata normanya itu, tidak mengungkap nilai-nilai puisi. Dalam hal ini, Wellek (1968:156) mengeritik ingarden bahwa analisis itu menjadi kurang nilainya karena tidak dihubungkan dengan penilaian. Hal ini disebabkan bahwa puisi merupakan karya imajinatif bermedium bahasa, yang unsur seni (estetiknya) dominan (Wellek dan Austin Warren, 1968:25).
            Analisis strata norma Roman Ingarden dimaksudkan untuk menemukan semua unsur (fenomena) karya sastra yang ada. Dengan demikian, akan dapat diketahui unsur-unsur pembentuknya dengan jelas. Namun, analisis yag hanya memecah-mecah demikian dapat berakibat mengosongkan makna karya sastra ( Eliot melalui Sansom, 1960:155). Karena itu, analisis strata norma Roman Ingarden harus ditingkatkan ke analisis semiotik. Semiotik melihat karya sastra sebagai system tanda yang bermakna. Tiap-tiap fenomena atau unsur karya sastra memiliki makna dan ini arus dicari oleh pembaca atau peneliti.
























Menentukan Tujuan dan Objek Bacaan
Dari Beberapa Teknik Membaca



Oleh
Luh Ayu Cinthya Herliyanti
NIM. 1012011003
2B

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2011

Sepuluh tehnik membaca beserta tujuan dan objek bacaannya.
1. KWLH
2. FORMULA 5 S
3. CATU
4. SURTABAKU
5. RSVP
6. OARET
7. SQ3R
8. PQRST
9. EART
10. SQ4R
11. POINT

1. Teknik Membaca KWLH

KWLH adalah singkatan dari :
1. K (know), yang berarti apa yang telah diketahui atau pengetahuan apa yang dimiliki seoarng pembaca sebelum ia membaca suatu bacaan. Misalnya seperti seorang murid telah tahu mengetahui suatu perkara.
2. W (want), yang berarti apa yang hendak diketahui oleh seorang pembaca sebelum membaca suatu bacaan.
3. L (learned), yang berarti apa yang telah diketahui atau diperoleh seorang pembaca setelah melakukan kegiatan membaca.
4. H (how), yang berarti bagaimana cara seorang pembaca untuk mendapatkan informasi tambahan yang berkaitan dengan kegiatan pembacaan selanjutnya. Seperti informasi yang diperoleh melalui media tv, internet atau sumber-sumber lain yang sejenis (untuk membaca seterusnya).



TUJUAN TEKNIK MEMBACA KWLH :
1) untuk membaca secara kritis
2) untuk mengaitkan pengalaman yang sudah ada dengan perkara yang dibaca
3)untuk mengenal pasti atau memahami secara mendalam perkara-perkara yang sudah dipelajari dan perkara-perkara tambahan yang perlu diketahui lagi.

Teknik ini cocok diterapkan untuk membaca objek bacaan berupa :
1.buku pelajaran, seperti buku sintaksis
2.artikel
3.cerpen

2. Formula 5 S
5 S merupakan singkatan dari :
1. Sedot, yang berarti menyedot atau membaca ide-ide yang ada dalam suatu bacaan.
2. Saring, yakni proses melihat sekilas pada bagian awal dan akhir sebuah tulisan.
3. Seleksi, artinya memilih, menyaring, dan menyortir isi bacaan.
4. Serap, berarti
5.. Sarikan
Menurut KBBI sarikan artinya mengikhtisarkan, menyimpulkan, menyingkat, merangkum, meringkas.Untuk sarikan dengan jelas apa yang sudah kami baca gunakan kata kunci definisi, pertanyaan, dan catatan pinggir yang telah kami serap kemudian tulis tujuan dan pokok bacaan yang kami baca. Pada tahap manapun saat membaca saring, seleksi, serap atau sarikan yang penting adalah mendapatkan kata kunci atau konsep dan pertanyaan yang menjadi jangkar teks di dalam pikiran kita.

Tujuan tehnik membaca formula 5 S:
a. Untuk mengetahui kebenaran dari hipotesa yang kita buat
b. Untuk memudahkan pembaca mengingat poin-poin penting yang terdapat dalam teks bacaan
c. Untuk meningkatkan daya ingat pembaca terhadap teks bacaan
Objek bacaan yang bisa diterapkan dengan teknik ini adalah bacaan berupa artikel, buku ilmiah, dan koran.
3. Teknik CATU
Metode “catu” sesungguhnya adalah metode yang biasa dipakai di dalam membaca artikel, bahan kuliah, dan bacaan ilmiah lainnya. Tetapi metode ini dapat juga dipakai utk membaca bab atau seksi buku. Dalam membaca dengan metode ini yang pertama dilakukan ialah menentukan informasi fokus yang berupa pikiran pokok. Kemudian dicarilah (CA) butir-butir penting dari informasi fokus dimaksud dalam bacaan bersangkutan. Sesudah butir-butir penting yang diperlukan diperoleh dikatakan atau dituliskanlah butir-butir kembali dengan kata-kata sendiri (T) secara lugas. Akhirnya pengertian yang telah dirumuskan itu dites atau diuji (U) benar tidaknya dengan cara mencobakannya pada masalah lain yang bersamaan. Untuk memantapkan pengertian baik juga dicoba mencari contoh-contoh keadaan yg dapat menggambarkan pengertian tersebut. Akhirnya dari pengujian atau contoh-contoh itu dapat dilihat kelemahan dan kekuatan pengertian yang dimaksud. Dengan demikian pemahaman akan isi bacaan akan lebih mantap dan mendalam.
Tujuan dari teknik membaca ini adalah :
1. Untuk mengetahui informasi yang diinginkan
2. Untuk membandingkan informasi yang satu dengan informasi lainnya
3. Untuk menguji informasi yang telah ditemukan
Metode “catu” sesungguhnya adalah metode yang biasa dipakai di dalam membaca artikel, bahan kuliah, dan bacaan ilmiah lainnya. Tetapi metode ini dapat juga dipakai utk membaca bab atau seksi buku.

4. Teknik membaca surta
Surtabaku merupakan salah satu metode membaca yang terdiri atas tahap-tahap sesuai urutan akronim surtabaku, yakni (1) sur adalah kependekan dari survei, (2) ta adalah kependekan dari tanya, (3) ba adalah kependekan dari baca, (4) k adalah kependekan dari katakan, dan (5) u adalah kependekan dari ulang. Akronim ini dibuat oleh Profesor Daulat P. Tampubolon, Ph.D.
Tujuan :
Pertama, untuk mengetahui materi yang kita hadapi dalam bahan bacaan itu sesuai dengan keperluan kita atau tidak dari kegiatan survei.
Kedua, untuk mendapatkan pemahaman komprehensif, bukan ingatan. Pemahaman komprehensif akan bertahan atau tersimpan lebih lama di otak kita daripada ingatan tentang materi yang kita baca.
Ketiga, untuk lebih fokus untuk mendapatkan sejumlah informasi berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang kita buat pada tahap tanya. Dengan kata lain, kita akan lebih konsentrasi terhadap bahan bacaan yang sedang kita baca.
Teknik ini cocok digunakan untuk membac buku ilmiah, buku pelajaran, dan kamus.
5. Teknik membaca RSVP
RSVP terdiri dari :
a. Review yang artinya mengulang
b. Study yang artinya belajar
c. Verbalize yang artinya mengungkapkan kembali secar lisan
d. Preview yang artinya meninjau kembali dengan mengulang membaca isi bacaan

Tujuan teknik membaca ini adalah :
1. Untuk memudahkan memahami isi bacaan. Teknik membaca terdiri dari Review yang artinya mengulang di mana pembaca disuruh membaca bacaan dengan cara mengulang,dengan demikian pembaca dapat mengingat apa yang di baca, karena dalam membaca, pembaca tidak cukup satu kali dalam membaca. Teknik membaca RSVP juga merupakan teknik membaca yang memahami dan mengerti isi bacaan, para pembaca dapat mengambil suatu ilmu pengetahuan dari bacaan yang dibaca.
2. Untuk mendapatkan suatu ilmu pengetahuan dari isi bacaan yang kita baca.
3. Untuk menanamkan pemahaman serta pengertian yang lebih mendalam terhadap objek bacaan

Teknik ini cocok diterapkan untuk membaca objek bacaan berupa : artikel, buku pelajaran, dan cerpen.

6. Teknik membaca OARET
Tekhnik membaca OARET merupakan salah satu tekhnik dari beberapa tekhnik membaca. Teknik ini singkatan dari Overview – Ask – Read – Evaluate – Test. Berikut penjelasan tentang OARET.
• Overview yaitu proses persiapan membaca dengan cara melihat secara sekilas isi buku mulai dari judul utama, sub judul, cover buku bagian belakang yang menjelaskan secara ringkas topik yang dibahas, kata pengantar dari penulis, maupun daftar isi.
• Ask adalah menanyakan beberapa hal mengenai isi buku.
• Read adalah mulai membaca buku dengan cermat dan kritis.
• Evaluate merupakan tahap menyebutkan atau menceritakan kembali jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun.
• Test adalah peninjauan ulang atas seluruh pertanyaan dan jawaban.
Tujuan teknik membaca ini adalah 1) untuk mengetahui informasi yang terdapat dalam suatu objek bacaan, 2) untuk memahami isi suatu bacaan, 3) untuk meninjau ulang isi sebuah informasi dalam bacaan
Obyek bacaan yang bisa dianalisis dengan teknik ini adalah : artikel, buku pelajaran, dan cerpen.


7. Teknik membaca SQ3R
Salah satu sistem yang banyak dikenal dan dipakai orang adalah SQ3R. Sistem membaca SQ3R dikemukakan oleh Francis P. Robinson pada tahun 1941. SQ3R merupakan proses membaca yang terdiri dari lima langkah, yaitu

1. SURVEI
Survei atau prabaca adalah teknik mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap. Tujuan srvei adalah
a. mempercepat menangkap arti
b. mendapatkan abastrak
c. mengetahui ide-ide penting
d. melihan susunan (organisasi) bahan bacaan.
e. Mendapatkan minat perhatian yang seksama terhadap bacaan.
f. Memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah.
Ada beberapa teknik dalam melakukan survei. Untuk tiap jenis bacaan, teknik surveinya berbeda.
a. Teknik survei buku
- telusuri daftar isinya
- baca kata pengantar
- lihat tabel, grafik
- lihan apendiks
- telusuri indeks
b. Teknik survei bab
- lihat paragraf pertama dan terakhir
- lihat ringkasan
- lihat subjudul
c. Teknik survei artikel
- baca judul
- baca semua subjudul
- amati tabel
- baca pengantar
- baca kalimat pertama subbab
- buatlah keputusan (dibaca atau tidak)
d. Teknik survei klipping
- perhatikan judul
- perhatikan penulisnya
2. QUESTION
Pada langkah ini kita mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya tentang isi bacaan.
3. READ
Perlu disadari bahwa membaca merupakan langkah ketiga, bukan langkah pertama.
4. RECITE/RECALL
Pada tahap ini Anda dapat membuat catatan seperlunya
5. REVIEW
Pada tahal ini Anda mencoba mengingat kembali dengan membaca ulang bacaan yang Anda baca.
Tujuan :
1. Untuk memperoleh informasi yang lebih bermutu, lebih berbobot, lebih kental, dan lebih utuh.
2. Untuk mengerti ide-ide pokok, perincian yang penting dari bacaan, dan pengertian yang menyeluruh terhadap bacaan itu.
3. Sangat baik untuk kepentingan membaca secara intensif dan rasional

8. TEKNIK MEMBACA PQRST
PQRST merupakan singkatan dari :
1. Preview, berarti sepintas isi bacaaan secara keseluruhan.
2. Question, yakni mengajukan sejumlah pertanyaan terkait dengan bacaan.
3. Read, yaitu membaca objek bacaan dengan lebih mendalam, cermat dan kritis sambil mencari jawaban atas semua pertanyaan yang telah dilontarkan.
4. Summarize, berarti meringkas isi bacaan.
5. Test, yakni melakukan pengkajian ulang pemahaman terhadap bacaan yang telah dibaca.

TUJUAN DARI TEKNIK MEMBACA PQRST :
1. Untuk memahami objek bacaan secara lebih mendalam.
2. Untuk memudahkan pembaca dalam mengingat informasi dalam bacaan.
3. Untuk meninjau ulang pemahaman terhadap bacaan yang telah dibaca.
Teknik ini cocok diterapkan untuk membaca objek bacaan berupa :
1. Buku pelajaran
2. Artikel
3. Cerpen
9. TEKNIK MEMBACA SQ4R
SQ4R merupakan singkatan dari :
1. Survey, yakni teknik untuk mengenal bahan sebelum membaca secara lengkap, digunakan untuk mengenal organisasi dan iktisar umum yang akan dibaca.
2. Question, berarti mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya terhadap isi bacaan.
3. Read, artinya membaca secara lebih mendalam terhadap objek bacaan.
4. Recite/ recall, yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menyebutkan hal-hal yang penting tentang isi bacaan.
5. Rite, berarti menulis jawaban serta hal-hal yang penting pada bacaan.
6. Review, yakni mengulang membaca kembali untuk mengecek hal-hal yang kurang terhadap isi bacaan.
TUJUAN DARI TEKNIK MEMBACA SQ4R :
1. untuk memperoleh informasi yang lebih bermutu, lebih berbobot, lebih kental, dan lebih utuh.
2. untuk mengerti ide-ide pokok, perincian yang penting dari bacaan, dan pengertian yang menyeluruh terhadap bacaan itu.
3. untuk memahami bacaan secara lebih mendalam.

Teknik ini cocok diterapkan untuk membaca objek bacaan berupa :
1. artikel
2. kliping
3. buku pelajaran
10. TEKNIK MEMBACA EARTH
EARTH merupakan singkatan dari :
1. Explore, berarti mengeksplor atau membaca bacaan secara keseluruhan, namun tidak secara mendalam.
2. Ask, yakni mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan bacaan yang sudah dibaca.
3. Read, yaitu membaca bacaan secara lebih mendalam daripada langkah baca yang pertama.
4. Tell, yakni menceritakan apa yang telah dibaca pada tahap read.
5. Harvest, berarti mengecek penginterpretasian pemahaman terhadap objek bacaan.

TUJUAN DARI TEKNIK MEMBACA EARTH :
1. Untuk memperoleh informasi secara lebih mendalam.
2. Untuk meninjau ulang pemahaman terhadap suatu bacaan.
3. Untuk memudahkan mengingat suatu objek bacaan.

Teknik ini cocok diterapkan untuk membaca objek bacaan berupa :
1. Buku pelajaran
2. Artikel
3. Cerpen
11) Teknik Membaca “POINT”
Teknik membaca “POINT” menggambarkan langkah-langkah membaca buku seperti berikut:
a. Purpose
Purpose (tujuan) yaitu pada langkah awal, pembaca harus menentukan tujuan membaca.
b. Overview
Overview (melihat sekilas) yaitu melakukan peninjauan awal secara sekilas mengenai keseluruhan buku untk melihat garis besar isinya, dan memutuskan apakah perlu membacanya atau tidak.
c. Interpret
Interpret (menafsirkan) yaitu melakukan tinjauan sekilas dan memutuskan untuk membacanya, maka bacalah buku itu dan interpretasikan maknanya.
d. Note
Note (mencatat) yaitu membaca secara teliti dan mengerti maknanya, membuat catatan-catatan penting untuk diingat selamanya.

e. Test
Test (menguji) yaitu pada tahap akhir kalian harus menguji diri sendiri mengenai apa-apa yang sudah dibaca. Cukup mengertikah dengan apa yang digambarkan dalam buku itu?
Tujuan : untuk mencari kebenaran dan mengujikan informasi yang telah didapat.
Objek bacaan: Artikel, buku pelajaran dan ensiklopedi.

Pengkajian Cerpen "Surat dari Puri" Karya IBW Widiasa Keniten Menggunakan Teori Strukturalisme

Abstrak
Cerpen “Surat dari Puri” karya IBW Widiasa Keniten adalah sebuah sastra (cerpen) yang menarik dan baik. Hal ini terlihat dari penganalisisan cerpen berdasarkan teori strukturalisme. Teori struktural memandang teks sastra (cerpen) sebagai satu struktur dan antarunsurnya merupakan satu kesatuan yang utuh, terdiri dari unsur-unsur yang saling terkait, yang membangun satu kesatuan yang lengkap dan bermakna.. Kegiatan analisis ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) sinopsis cerpen,(2) Unsur-unsur pembangun cerpen dengan teori strukturalisme.Subjek penganalisisan ini adalah cerpen “Surat dari Puri”karya IBW Widiasa Keniten”. Objek yang diteliti adalah unsur-unsur pembangun dalam cerpen “Surat dari Puri” dan Teknik analisa data menggunakan teori strukturalisme
.Sumber informasi didapat melalui membaca cerpen “Surat dari Puri” secara utuh dan berulang-ulang. Selain itu penulis menambahkan informasi dari buku dan internet.
Kata kunci : analisis, sinopsis, teori strukturalisme, unsur intrinsic, dan unsur ekstrinsik





1. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Cerpen dengan segala permasalahannya yang universal itu ternyata menarik juga untuk dikaji. Bahkan tidak pernah berhenti orang yang akan mengkajinya. Apalagi jika cerpen itu dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Seperti halnya kami mencoba mengkaji cerpen yang dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran di kelas. Cerpen yang penulis kaji itu adalah sebuah cerpen yang berjudul Surat dari Purikarya IBW Widiasa Keniten.
Dipilihnya cerpen Surat dari Puri karya IBW Widiasa Keniten tersebut bukan tanpa pertimbangan atau alasan sebab cerpen ini memiliki keistimewaan dibandingkan dengan cerpen yang ditulis pengarang-pengarang yang lain.
Mengingat perannya yang sedemikian itu, maka terselenggaranya pembelajaran sastra yang menarik dan menyenangkan akan menjadi sebuah tuntutan yang harus dipenuhi. Hal ini dimungkinkan karena pelajaran seperti ini akan dapat mendidik siswa untuk dapat mengenal dan menghargai nilai-nilai yang dijunjung oleh bangsanya, juga untuk dapat menghargai hidup, menikmati pengalaman orang lain, serta dapat menemukan makna hidup dan kehidupan. Bukankah karya sastra (cerpen) itu merupakan miniatur kehidupan manusia di sekitar pembaca.
Jadi, dengan mempelajari cerpen (sastra) berarti siswa diajak untuk mempelajari manusia dan lingkungannya. Biasanya siswa akan sangat antusias jika diajak untuk membicarakan atau mendiskusikannya juga akan mengeluarkan segala pengalaman dan pengetahuannya.
Sayangnya kendala pembelajaran sering terjadi pada guru. Guru hanya berpedoman pada teori-teori lama dan kurang mampu menghubungkan dengan kehidupan nyata sehari-hari. Sehingga siswa tidak akan mampu memahami hakikat sastra yang sesungguhnya.
Berangkat dari permasalahan yang sudah diuraikan di atas, penulis mencoba mengkaji unsur-unsur pembangun dalam cerpen ” cerpen Surat dari Puri karya IBW Widiasa Keniten” berdasarkan teori Strukturalisme, namun terlebih dahulu penulis mengkaji sinopsis dari cerpen tersebut.

II. Pembahasan
2.1 Sinopsis
Cerpen berjudul surat dari puri karya IBW Widiasa Keninten menceritakan tentang kehidupan gadis bernama Suci. Suci merupakan korban pelampiasan nafsu seorang lelaki bernama Gusti Ngurah. Suci dijadikan sebagai jaminan atas hutang-hutang ayahnya. merasa sebagai orang kaya, nGusti Ngurah bertindak semena-mena terhadap semua wanita termasuk Suci. Suci dipaksa melayani melayani nafsu birahinya hingga ia mengandung.
Beberapa bulan kemudian, lahirlah seorang bayi laki-laki yang diberi nama Gede Puri. Pemberian nama puri sebagai pengingat bahwa leluhurnya seorang bangsawan. Sebagai seorang ibu, Suci sangat menyayangi anaknya dan mendidik gede puri sehingga menjadi anak yang suputra. Namun Suci tetap merahasiakan siapa ayah kandungnya. Suatu ketika gede puri sakit non medis. Balian memberikan mandate kepada Suci. Ia diharuskan menjadi pemangku di kawitannya. Namun keluarga besarnya menolak itu semata-mata karena mereka mengangap Suci sebagai perempuan kotor. Setelah melalui perdebatan panjang akhirnya Suci diijinkan untuk menjadi pemagku dan kesehatan gede puri berangsur membaik.
Suatu hari Gusti Ngurah sakit keras dan meminta Suci mengantarkan anaknya kepuri. Namun Suci tidak menanggapinya. Ia masih memendam sakit hati kepada Gusti Ngurah. berkali-kali Gusti Ngurah mengirimkan surat namun tetap tidak digubrisnya. Keluarga puri menggunakan cara terahir yaitu menculik gede, dan memaksa mengajak kepuri dan gede pin sudah mengetahui siapa jati dirinya. Gusti Ngurah menitipkan surat wasiat untuk ibunya, namun Suci tetap tidak menerima dan ia telah bersumpah untuk tidak menginjakkan kaki dipuri.
2.2 Penganalisisan cerpen Surat dari Puri karya IBW Widiasa Keninten berdasarkan teori Strukturalisme.
1. Unsur–unsur Struktural yang Terdapat dalam Cerpen Surat Dari Puri Karya
Ada beberapa unsur structural dalam cerpen surat dari puri karya IBW Widiasa Keninten yang digunakan oleh pengaji dalam mengkaji cerpen ini. Unsur-unsur tersebut adalah alur, penokohan, latar, tema, dan amanat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian dibawah ini :


a. Tema
Tema adalah ide pokok pengarang dalam membuat suatu karya sastra yang ingin disampaikan kepada pembaca. IBW Widiasa Keninten dalam cerpennya kali ini mononjolkan sosok perempuan bali yang rela mengorbankan kebahagiaannya demi membayar hutang ayahnya. 1a rela dijadikan jaminan bayar hutang dan budak pemuas nafsu seorang lelaki bejat bernama Gusti Ngurah. masyarakat bali masih sangat menjungjung tinggi norma-norma adat dan budaya warisan leluhur. Dalam cerpen ini pengarang menuliskan tradisi masyarakat dan adat istiadat yang masih terdapat di bali. Diantaranya ialah kasta, yaitu penggolongan status social berdasarkan keturunan. Di bali terdapat empat kasta yaitu kasta Brahmana, ksatria, waisya dan sudra. Brahmana adalah kasta dengan tingkatan tertinggi yang ditempati oleh kaum bangsawan. Maka orang yang memiliki gelar bangsawan akan dihormati oleh masyarakat di sekitarnya. Walaupun tidak semua orang yang berkasta brahmana memiliki hati yang Suci. Bahkan banyak orang yang berkasta brahmana malah memanfaatkan gelarnya untuk hal yang merugikan orang lain. Penggambaran ini dapat kita lihat pada kutipan di bawah ini:
“ Gusti Ngurah pernah terlibat perkelahian di desanya bapa Dangin. Pemuda-pemuda disana melarangnya bermalam sampai melewati batas waktu. Gusti Ngurah tidak terima. Merasa bagsawan, ia menjadi-jadi. Pemuda-pemuda desa itu ditantangnya.”
Dalam cerpen ini dikisahkan perjuangan seorang perempuan bali yang mempertahankan harga dirinya, ia menghadapi cobaan hidup yang begitu berat. Suci adalah potret perempuan bali yang tidak mudah tergiur oleh harta. Suci adalah potret pemberontakan perempuan bali terhadap praktek-praktek kekejama kaum laki-laki. Menjalani kehidupan diambang penerimaan dan ketidakpatuhan, diantara penyerahan dan kebebasan. Tetapi dalam hidup tidak pernah ada kebebasan yang sempurna demikian juga bagi Suci.

b. Penokohan dan perwatakan
Tokoh dan watak dalam Cerpen ini di jelaskan dalam uraian di bawah:
1. Suci
Suci adalah tokoh utama dalam cerpen ini. Dari segi psiologis, Sucidigambarkan sebagai seorang perempuan yang cantik sehingga membuat Gusti Ngurah jatuh cinta kepadanya. Seperti yang terdapat dalam kutipan :
“ ini kesempatan, aku tahu anakmu cantik, Dangin ia mesti menjadi milikku.”
Dilihat dari segi sosiologis, Suci adalah perempuan dari kalangan sederhana yang tidak memiliki banyak harta, terlahir dari kalangan keluarga kurang mampu, dan ayahnya seorag penjudi. Karena tidak mampu membayar hutang akhirnya ia digunakan sebagai bayarannya. Ia pun pasrah karena Suci tidak ingin menyakiti ayahnya akhirnya ia mau menyerahkan dirinya kepada Gusti Ngurah. Suci tidak mau dinikahi Gusti Ngurah, ia telah bertekad membesarkan anaknya sendiri tanpa mengenal siapa bapaknya. Seperti yang terdapat dalam kitipan :
“ aku Suci. Perempuan yang dibeli oleh Gusti Ngurah. aku perempuan hina, perempuan tidak berharga. Aku tidak akan menggugurkannya. Biarpun aku dipandang rendah, tidak masalah. Rahim ini mengandung anak Gusti Ngurah itu.”
Dalam cerpen ini tokoh Suci dikisahkan sebagai tokoh yang teguh pendirian, walaupun ia berada dikalangan kurang mampu tetapi ia tetap mempertahakan harga dirinya. Seperti pada kutipan berikut ini :
“ tidak anakku, ibu sudah bertekad tidak akan menyentuh tanah puri. Biarkan ibu disini.“ ini surat dari ayah”
Suci membacanya “ aku serahkan semua warisanku padamu Suci “,
Suci meremas surat itu dan membakarnya.
Dari kutipan diatas kita dapat mengetahui tokoh Suci adalah wanita yang tidak mudah tergiur dengan iming-iming harta, ia tetap mempertahankan harga dirinya.
.2. Gusti Ngurah
Gusti Ngurah adalah orang yang menyebabkan Suci menderita. Ia tega memperkosa Suci hingga ia hamil. Ditinjau dari segi psiologis, Gusti Ngurahmemiliki sifat yang licik, pandai memanfaatkan keadaan, kepala plontos dan nafsu birahi yang tinggi.
“ Gusti Ngurah telah menipu ayahku, ia memang bajingan, ayahku terlilit hutang, ayahku juga terlalu mengikuti nafsunya, hampir setiap hari diajak menyambung ayam, saat uang ayahku habis Gusti Ngurah pasti memberinya uang lagi.”
“Satu keinginan Gusti Ngurah, aku mesti melayani dirinya. Semua utang ayah-ayahku akan terlunasi. Aku pasrah. Aku menyerah.”
“ Gusti Ngurah kepalanya plontos, tapi gairahnya meledak-ledak setiap melihat anak yag baru menginjak remaja, nafsunya susah dibendung.”(surat dari puri, 2010:82)
Ditinjau dari segi psikologis, Gusti Ngurah adalah seorang laki-laki yang tidak bertanggung jawab terhadap apa yang diperbuatnya, ia hanya bersenang-senang menuruti hawa nafsunya dan melampiaskan nafsu birahinya kepada banyak wanita Ini terlihat dalam kutipan berikut.
“ sudahlah gusti. Saya sudah teramat jemu dengan olok-olok Gusti. Tiang yakin, semua gadis yang bekerja pada gusti aji sudah diperlakukan tidak senonoh.”
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Gusti Ngurah adalah laki-laki bangsawan yang tidak bertanggung jawab terhadap perbuatannya, setiap wanita yang disenanginya selalu diperlakukan tidak senonoh dan kemudian dicampakkan.
3. Ayah (Bapa Dangin)
Bapa dangin adalah ayah dari Suci jika dilihat dari segi psiologis, bapa dangin adalah sosok ayah yang tidak tegas, mudah terkena bujuk rayu, sangat polos.
Hal ini tercermin dari kutipan berikut “ Gusti Ngurah telah menipu ayahku. Ia memang bajingan. Ayahku terlilit hutang, ayahku terlalu mengikuti nafsunya. Hampir setiap hari diajaknya menyabung ayam.”
Kutipan kedua “ saat ayahku menyampaikan maksud Gusti Ngurah tampak ketakutan dan rasa bersalah dalam dirinya.”
“ Maafkan ayah, anakku ayah yang telah menjadikan engkau menderita dan menjadikan engkau menderita, ayah yang membuatmu menjadi hina.”
Jadi jelaslah bahwa sosok bapa dangin tega menjadikan anaknya sebagai pelunas hutang-hutangnya.

3) Latar.
Latar adalah penggambaran situasi tempat dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa. Latar yang dikemukakan berhubungan dengan sang tokoh atau beberapa tokoh. Latar berfungsi sebagai pendukung alur dan perwatakan. Gambaran situasi yang tepat akan membantu dan memperjelas peristiwa yang sedang dikemukakan (Suroto, 94:1989). Analisis latar dalam CerpenSurat Dari Puritersebut
penulis uraikan seperti di bawah ini:
1. Latar tempat
Latar tempat biasanya ditunjukkan dengan nama lokasi tempat kejadian dalam cerita tersebut, dalam cerpen ini sangat jelas terlihat bahwa cerita didalamnya terjadi di pulau Bali. Dalam cerpen diatas banyak menceritakan kehidupan dan adat istiadat masyarakat bali misalnya menceritakan kehidupan Gusti Ngurah di puri, menceritakan Suci saat melakukan Guru Piduka di sanggah kawitannya.
“ Gede mari kita sembahyang di Pura Dadia. Di sana kita memuja kebesaran Hyang Widhi” .
Selain itu dalam cerpen diatas sangat kental dengan kehidupan umat Hindu di Bali.Yang pertama ialah kawitan. Kawitan merupakan tempat pemujaan leluhur yang telah diSucikan dalam sebuah proses pengabenan.Dalam Cerpen ini juga terdapat beberapa nama tempat yang melambangkanpulau Bali. Yang kedua ialah Pura Dadia, yaitu pura keluarga yang biasadigunakan untuk tempat ibadah.” Gede mari kita sembahyang di Pura Dadia. Di sana kita memuja kebesaran Hyang Widhi” .Kemudian yang kedua adalah Puri, yaitu tempat tinggal atau rumah bagimereka yang berkasta brahmana.
“maafkan aku Suci, aku mohon engkau ke Puri sekarang. Aku sudah tidak kuat lagi. Penyakitku sudah tidak sembuh-sembuh. Ini gara-gara aku menelantarkan anakku. Bawalah anakmu ke puri sebelum aku menghembuskan nafas terakhir.”
2. Latar Waktu
Latar waktu adalah hal-hal yang berhubungan dengan kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya sastra. Latar waktu dalam cerpen ini adalah siang dan malam hari. Salah satu latar waktu dalam Cerpen ini pada pagi hari terlihat dalam kutipan berikut: Latar waktu dalam Cerpen ini juga terjadi pada malam hari. Dikisahkan ketika Gusti Ngurah pernah terlibat perkelahian di desanya bapa dangin. Pemuda-pemuda disana melarangnya bermalam minggu sampai melewati batas waktu. Gusti Ngurah tidak terima. Merasa bangsawan, ia menjadi-jadi….”
3. Latar Sosial
Latar suasana yang diangkat oleh pengarang dalam cerpen ini adalah suasana kebudayaan Bali, bagaimana adat yang terdapat di Bali, system perkastaan yang diberlakukan di Bali dan sebagainya. Keadaan masyarakat Bali digambarkan oleh beberapa cerita dalam cerpen ini, salah satunya ialah kebiasaan laki-laki di Bali yang kerjanya hanya menyabung ayam, masyarakat yang berkasta sudra sangat patuh dan hormat kepada kaum brahmana, selain itu dalam cerpen ini diceritakan bagaimana masyarakat Hindu di Bali sangat patuh pada leluhur junjungannya dan bagaimana kebiasaan masyarakat yang mengucilkan sanak saudara dengan alasan masa lalu yang kelam. “ ia perempuan yang kotor. Apa mau Hyang Widhi hadir pada perempuan kotor? Jangan-jangan kita juga akan menjadi kotor!” . selain dalam system perkawinan, kebudayaan lain yang ada di Bali adalah berupa upacara-upacara keagamaan. Salah satu contoh upacara yang keagamaan yang terdapat didalam cerpen Surat Dari Puriadalah upacara Panggur Gigi yaitu sejenis upacara pelepasan masa kanak-kanak menginjak masa dewasa atau yang lebih dikenal dengan Upacara Menek Kelih. Upacara keagamaan lainnya seperti Ngturang Banten Guru Piduka. Upacara ini dimaksudkan untuk membersihkan diri baik secara lahir maupun bhatin sehingga orang yang diupacarai bisa dijadikan sebagai pemangku atau peminpin upacara di pura yang bersangkutan.
d. Alur
Alur yang dipakai dalam penulisan cerpen Surat dari Puri adalah bolak balik/ flas back/ maju mundur. flash back/ balikan, yaitu suatu alur yang menceritakan suatu peristiwa dengan cara menceritakan suatu kejadian yang telah terlewati untuk menjelaskan peristiwa yang berhubungan dengan alur berikutnya. Hal ini dilakukan oleh IBW Widiasa Keniten karena ia ingin menyampaikan pemikiran bahwa tidak hanya alur linier saja yang digunakan untuk mengungkapkan perubahan emosi tokoh-tokohnya. Alur dalam cerpen tersebut terlihat dari uraian di bawah ini :
a. Tahap Pertama
pada tahap ini si pembaca akan diajak menyaksikan kehidupan Suci yang dalam keadaan hamil besar. Kemudian tentang ingatan Suci pada masa lalunya saat dipaksa untuk melayani lelaki bernama Gusti Ngurah. Cerita ini dimulai dengan memperkenalkan tokoh Suci yang telah mengandung anak dari Gusti Ngurah. Berawal ketika ayah Suci terbelit hutang, hingga tidak dapat melunasinya, hingga ia diminta oleh Gusti Ngurah untuk dijadikan istri simpanannya. Karena menolak iapun diperkosa . “ maksud gusti istri simpanan?”
“ Gusti Ngurah marah. Ia menghempaskan tubuh Suci. Suci pasrah ia tidak bisa menjaga dirinya.”
“Gusti Ngurah puas sekarang?”
b. Tahap Kedua
Pada tahap ini akan terlihat flash back masa lalu Suci sebelum ia menjadi korban pemerkosaan Gusti Ngurah. Gusti Ngurah tertarik pada Suci ketika Suci beranjak dewasa. Saat bapa dangin melaksanakan upacara Panggur Gigi namun biayanya tidak mencukupi. Hal ini dijadikan kesempatan oleh Gusti Ngurah untuk mendapatkan Suci.Selanjutnya cerita akan bergulir pada kehidupan keluarga Suci yang terbelit hutang. Hingga ia merelakan dirinya sebagai alat pembayaran hutang ayahnya.
c. Tahap Ketiga
pada tahapan ini terjadi alur maju, tahap ini Suci diceritakan telah melahirkan bayi laki-laki yang diberi nama Gede Puri dan diceritakan juga gede puri tumbuh menjadi anak yang tahu diri. Dalam alur ini gede Puri mengetahui siapa jati dirinya yang sebenarnya. Ia tahu bahwa sesungguhnya ia adalah anak seorang Bangsawan.
e. Amanat
Amanat yang terdapat dalam CerpenSurat Dari Purikarya IBW Widiasa Keniten yaitu hargailah orang lain dan jangan sekali-kali menggunakan uang untuk meraih kekuasaan.
2.3 Nilai Ekstrinsik
Nilai ekstrinsik dalam cerpen Surat dari Puri karya IBW Widiasa Keninten adalah
1. Nilai moral. Nilai moral yang tersurat dalam Cerpen tersebut adalah janganlah sekali-kali menggunakan kekuasaan untuk mendapatkan segala yang kita mau, janganlah mengumbar hawa nafsu apalagi dapat menyusahkan orang lain, dan
2. Nilai sosial. Nilai sosial yang terdapat dalam cerpen dalam cerpen tersebut adalah kita sebagai manusia hendaknya tulus iklas dalam membantu orang lain sehingga saat membantu orang lain tidak mengharapkan suatu imbalan.
3. Nilai agama. Sebagai umat yang beragama kita hendaknya menjalankan segala perintahnya dan menjauhi larangannya. Selain itu berusahalah mengabdikan diri dijalan kebenaran.
4. Nilai ekonomi. Nilai ekonomi yang tersurat dalam cerpen tersebut adalah jika kita memiliki kekuasaan dan uang yang cukup, hendaknya dimanfaatkan dengan sebaik mungkin. Dan jangan sekali-kali menggunakan uang sebagai alat meraih








III. Penutup
3.1 SIMPULAN
Berdasarka kajian cerpen Surat dari Puri karya IBW Widiasa Keninten, dapat disimpulkan Ada beberapa unsur structural dalam cerpen surat dari puri karya IBW Widiasa Keninten yang digunakan oleh pengaji dalam mengkaji cerpen ini. Unsur-unsur tersebut adalah
1. Alur
Alur yang digunakan adalah alur maju mundu/flashback/campuran
2. Penokohan
Tokoh-tokoh dalam cerpen tersebut adalah Suci, Gusti Ngurah, Bapa Dangin dan Gene Puri.
3. Latar waktu : pada siang dan malam hari, Latar tempat : di pedesaan dan di puri, Latar sosial : meceritakan kehidupan di masyarakat
4. Tema
Tema cerpen tersebut mengisahkan pengorbanan seorang wanita untuk mempertahankan harga dirinya.
5. Amanat
Amanat yang terdapat dalam CerpenSurat Dari Purikarya IBW Widiasa Keniten yaitu hargailah orang lain dan jangan sekali-kali menggunakan uang untuk meraih kekuasaan. Sedangkan unsur ektrinsik Nilai-nilai yang terkandung dalam cerpen yaitu nilai moral, nilai sosial, nilai agama dan nilai ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J.S. 1979. Sari Kesusasteraan Indonesia Jilid 2. Bandung: Pustaka Prima.
Keniten, Widiasa. 2010. Kuda Putih Kumpulan Cerpen. Pustaka Ekspresi.
Suroto.1989. Teori dan Pembimbingan Apresiasi Sastra Indonesia untuk SMU. Jakarta : Erlangga.
Sutresna. 2006. Modul Prosa Fiksi. Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha..
www.google.com
www.yahoo.com